Jika berbicara mengenai musuh apa yang ada difikiran kalian. Orang yang membenci kita kah?Pacar atau mantan kita yang dahulunya pernah bersandingan dengan kita ?Ataukah seseorang yang merebut pasangan kita kita? Tentu bukan itu.
Kebanyakan orang tak memahami akan hal tersebut. Pemahaman mengenai siapa musuh kita yang sebenarnya tentu masih belum tahu siapa sebenarnya. Mengenai hal tersebut tentu kita harus meng-introspeksi diri apakah kita sudah benar-benar menjadi seorang insan yang "Anfa' A'hum Binnas" orang yang benar-benar manusia?..Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjadi seseorang yang layaknya seorang manusia?.
Dalam kehidupan sehari hari manusia cenderung menilai orang lain dari sisi kesalahannya saja, seakan-akan hanya menilai orang lain selain diri kita sendiri benar dan mereka-mereka selalu salah. Kondisi ini menjadikan hal yang dianggap biasa dan lumrah, Namun. yang harus kita ketahui kita lebih cenderung melakukan hal-hal seperti gosip, Ghibah dsb. Padahal semua perbuatan tersebut tidak disukai oleh Allah SWT.
Kebanyakan orang berfikir bahwa musuh kita adalah orang yang membenci kita, banyak atau sedikit-sedikit saja bermasalah sudah dianggap musuh. Apalagi dimasa sekarang hanya karna persoalan hati saja sudah menganggapnya sebagai musuh dan dijadikan permasalahan. Pada awalnya berteman akhirnya timbul permusuhan tentu perbuatan tersebut sudah melenceng dari nilai-nilai Ahlusunah wal jam'ah (Aswaja) yakni Hablum Minallah (Hubungan Manusia dengan manusia lain) yang pada dasarnya dari konsep tersebut kita diharapkan bisa saling menjaga satu dengan yang lainnya, Akur, Rukun, serta tidak melakukan hal-hal yang tidak-tidak.
Baca juga :
Akankah hal itu baik?....tentu tidak, didalam islam perbuatan tersebut sangat dilarang apalagi jika sampai tidak tegur sapa sesama saudara, teman, sahabat karib melebihi tiga hari.maka, allah swt murka tidak akan menerima taubat dan tidak memberikan ampunan dosa baginya, Nauzubillah.
Kita sebagai manusia serta makhluk ciptaannya adalah makhluk sosial, dimana sama sama saling membutuhkan. Pepatah Lama mengatakan bahwasanya banyak teman banyak rezeki, melihat dari perkataan pepatah tersebut Kita dianjurkan untuk selalu hidup rukun dan tentram. Tetapi, Melihat dari keseharian kita saja apakah kita tidak pernah membutuhkan orang lain? apakah dalam segala hal kita melakukan sendiri saja, tidak kan? mustahil jika kita tidak membutuhkan orang lain.Diibaratkan sebuah bangunan jika tidak ada pondasi yang menyangganya, maka. Mustahil bangunan tersebut akan kokoh. Namun apabila bangunan tersebut pondasinya kokoh maka akan saling menguatkan.
Nah, yang perlu kita ketahui bahwasanya maksud dari musuh kita itu adalah diri kita sendiri. Akankah kita memahami akan hal itu? sudahkah kita berintropeksi diri?
Didalam sebuah Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani beliau menjelaskan ;
مَنْ تَوَهَّمَ اَنَّ لَهُ عَدُوًّا اَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِه
" Barang siapa menyangka ada yang lebih memusuhi dirinya ketimbang nafsunya sendiri,berarti ia kurang mengenali pribadinya sendiri". (Ibnu hajar al asqolani).
Jangan buru-buru mencari musuh ingatlah hal ini: "My Enemy is Me" (Musuhku Adalah Diriku Sendiri ) Karena hakikatnya musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Namun, kita sebagai manusia yang tamak dan dibutakan oleh harta dan Tahta dunia kita tidak sadar Bahwasannya diri kita sendiri adalah musuh kita sendiri. Introspeksi terhadap diri sendiri adalah cara terbaik agar tidak mudah menilai orang lain. Walaupun harus menilai orang lain jauh lebih baik menilai kebaikannya dari pada keburukannya.
Kita Sebagai mahasiswa/i pergerakan hendaknya kita melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kita sendiri dan juga orang lain. Gunakanlah waktumu sebaik mungkin karena dengan waktu kita tidak dapat membentengi diri kita dengan perbuatan yang tidak-tidak. " Hidup Hanya Sekali, Maka Jadikanlah Berarti hidup yang berarti ". Selalu semangat dan jangan patah untuk berproses.
Salam Pergerakan........
Penulis : Khusnul khatimah As-sholihah (Anggota Rayon Avicenna) Editor : Abdul wafi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar