Selasa, 29 September 2020

Penutupan RTAR-IV Pengurus Rayon PMII Avicenna


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Avicenna STAI At Taqwa Bondowoso mengadakan pemilu ketua rayon dalam RTAR (Rapat Tahunan Anggota Rayon) ke-IV. Acara tersebut diadakan di kantor MWC NU Kecamatan Tamanan, Bondowoso (28/09/2020).

Pemilihan ketua rayon tersebut merupakan acara terakhir dari rangkaian acara RTAR Avicenna ke-IV. Banyak partisipan yang turut mengahadiri acara tersebut mulai dari tingkat PC PMII Bondowoso, PK Raden Bagus Asra, PR Averroes serta alumni PMII se-Kabupaten Bondowoso. 

Di dalam pemilu tersebut ada tiga calon yang seluruh calon merupakan kader terbaik Rayon Avicenna. Diantaranya, Calon nomor urut 1 adalah Sahabat Angga dari pengurus bidang 3 atau Keagamaan. Calon nomor urut 2 Sahabat Furqon dari pengurus bidang 2 atau Advokasi dan Gerakan. Calon nomor urut 3 Sahabati Sofi dari pengurus bidang 1 atau Kaderisasi dan Keilmuwan.

Dari ketiga calon tersebut dipilih langsung oleh seluruh anggota Rayon Avicenna angkatan 2019 (Angkasa). Hasil dari pemilu tersebut Sahabati Sofiatul Hasanah (Calon nomor urut 3) mendapatkan suara terbanyak yakni 19 suara dari 33 suara. Sehingga secara sah yang terpilih menjadi Ketua Rayon Avicenna masa khidmat 2020-2021 adalah Sahabati Sofiatul Hasanah.

Setelah pemilu selesai, dilanjukan acara penutupan RTAR Avicenna. Di acara penutupan tersebut, Ketua Mandataris Rayon Avicenna Sahabati Sofiyatul Hasanah dalam sambutan pertamanya, beliau menyampaikan "Terima kasih kepada anggota PMII Rayon Avicenna yang memiliki hak suara dan yang telah memilih dan mempercayai saya sebagai Ketua Rayon PMII Avicenna masa khidmat 2020-2021.

4 tahun sudah PMII Avicenna berdiri yang dinahkodai oleh H. Ali imron, Iwan, Ahmad Muzaki, Romli Yahya. Keempat Ketua Rayon Avicenna ini hanya saya lah Ketua Rayon pertama yang seorang Perempuan.

Jangan pernah meragukan saya ketika saya menjadi pemimpin di Rayon Avicenna, jika saat ini saya terpilih itu artinya kalian tidak ragu terhadap saya.

Disini saya belajar memimpin, Rayon ini bukan hanya milik saya, bukan milik anda, tapi Rayon Avicenna ini adalah milik kita semua. Jadi mohon kerjasama nya untuk angkatan 2019 yang sebentar lagi akan menjadi pengurus.

Teruntuk kedua sahabat saya yang tidak terpilih jangan lah berkecil hati saya yakin di diri kalian berdua ada tanggung jawa besar yang kalian miliki" Ucap Ketua Mandataris Rayon Avicenna.

Hal tersebut merupakan sejarah baru yang ada di Rayon Avicenna, karena pertama kalinya Rayon Avicenna dipimpin oleh seorang perempuan. Diharapkan dengan RTAR dan terpilihnya pemimpin yang baru mampu menjadikan rayon yang lebih maju untuk kedepannya.

Penulis : sahabat Imron Rasyidi (anggota Rayon PMII Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

Senin, 28 September 2020

Pengurus Rayon PMII Avicenna Masa Khidmat 2019-2020 Resmi Demisioner

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Avicenna masa khidmat 2019-2020, dinyatakan resmi demisioner Pukul 09.00 di MWC NU Tamanan, (28/09/2020).

Pendemisioneran Pengurus Rayon PMII Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso diresmikan langsung oleh sahabat Fathor Rozi selaku Ketua  Cabang PMII kabupaten  Bondowoso.

Acara ini disaksikan langsung oleh seluruh keluarga besar PMII Avicenna dan juga turut hadir Pengurus Komisariat Raden Bagus Asra (RBA) STAI At-Taqwa Bondowoso.

"Terimakasih atas pengabdian kalian terhadap rayon avicenna, semoga segala kerja keras kalian menjadi amal jariyah" ujar sahabay Fathor Rozi sebelum mendemisionerkan pengurus Rayon PMII Avicenna secara resmi.

Minggu, 27 September 2020

Pembukaan RTAR-IV Pengurus Rayon PMII Avicenna


Pengurus Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At-Attaqwa Bondowoso melaksanakan pembukaan Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR) ke-IV yang bertempat di MWC NU Tamanan, Bondowoso. Minggu, (27/09/2020).
Kegiatan RTAR ini digelar selama 2 hari, 27-28 September 2020 dengan tema "Melahirkan Pemimpin Baru, Membangun Generasi Maju".
Acara tersebut dihadiri oleh segenap keluarga besar PMII Rayon Avicenna baik alumni dan tamu undangan PMII se-Kabupaten Bondowoso
Sahabat Romli selaku Ketua Rayon Avicenna menitip pesan kepada kader-kader PMII Avicenna untuk lebih semangat lagi ketika nantinya sudah menjadi pengurus, saat nya kalian mengurusi, mengayomi bukan lagi diurusi atau diayomi.

"Kalian lah yang nantinya akan mengurusi dan mengayomi".ujarnya

Dilanjut oleh Ketua Komisariat Raden Bagus Asra (RBA) STAI At-Taqwa Bondowoso berpesan agar semua anggota dapat mengikuti acara RTAR ini dengan Khidmat.

"Maka dari itu ikutilah acara RTAR ke-IV dengan khidmat karena acara ini akan melahirkan Pemimpin baru untuk satu periode kedepan, dan harus murni dari hati", ucapnya.

Turut hadir Sahabat Iwan selaku mantan Ketua Rayon Avicenna yang sampai saat ini masih tetap memberikan suport, motivasi para kader Rayon Avicenna.

Sebelum membuka acara RTAR ke-IV Sahabat Abduh mengatakan bahwa pemimpin yang baik ia lah pemimpin yang bukan dipilih oleh banyak orang, tapi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang diakui oleh banyak orang.

Penulis : Sofiyatul Hasanah ( Pengurus PMII Rayon Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

Jumat, 25 September 2020

Debat Kandidat Calon Ketua Rayon PMII Avicenna


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Avicenna STAI At  Taqwa Bondowoso melaksanakan debat kandidat calon Ketua Rayon Avicenna periode 2020-2021. Di aula PCNU Bondowoso (25/09/2020).

Acara tersebut dihadiri oleh segenap keluarga besar Rayon Avicenna, terlebih para calon kandidat ketua rayon yang terdiri dari tiga kader terbaik Rayon Avicenna STAI At Taqwa Bondowoso. SahabaAngga, calon nomor urut 1 dari pengurus bidang keagamaan. Sahabat Furqon calon nomor urut 2 dari pengurus bidang advokasi dan gerakan, dan sahabati Sofi sebagai calon nomor urut 3 dari pengurus bidang kaderisasi dan keilmuwan.

Sahabat Romli Yahya sangat mengapresiasi terhadap para 3 calon yang telah berani mencalonkan dirinya demi Rayon Avicenna lebih baik.
"Saya sangat mengapresiasi kepada para 3 calon periode 2020-2021". Ucapnya  

Jalannya acara debat tersebut di pimpin atau di moderatori oleh sahabat Lutfi dan juga ada tiga orang panelis diantaranya, Sahabat Udin dan Hafidi yang keduanya berasal dari Pengurus Cabang PMII Bondowoso. Dan Sahabat Rizal dari Pengurus Komisariat Raden Bagus Asra STAI At Taqwa Bondowoso. Acara debat tersebut berlangsung lancar tidak ada kendala apapun. Terjadi debat yang sangat interaktif ketika ketiga calon saling bertanya dan menanggapi pertanyaan. Baik dari panelis dan tidak lupa juga peserta debat juga bisa bertanya kepada para calon kandidat di acara debat tersebut.

Pasca debat tersebut, Rayon Avicenna akan mengadakan RTAR (Rapat Tahunan Anggota Rayon) Avicenna masa khidmat 2019-2020  yang akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 September 2020 di MWC NU Tamanan, Bondowoso.

Penulis : Imron Rasyidi ( Anggota PMII Rayon Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

Senin, 21 September 2020

Pancasila Kaum Mahasiswa


     Pancasila adalah Ideologi fundamental sebuah bangsa yang disebut dengan Indonesia. Sebuah Instrumental pemersatu bangsa karena dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mampu menyatukan sebuah bangsa dengan geografis kepulaun yang besar nan luas ini. Sayap-sayap sang garuda saka mampu menaungi seluruh rakyat Indonesia dengan teduh dan nyaman. Para patriotik di masa lampau mampu menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam bernegara dan berbangsa, juga tentu dengan harapan yang besar pula agar Indonesia mampu berdikari atau mandiri dalam perekonomian bangsanya.

     Namun demikian sudahkah seluruh elemen masyarakat umumnya dan mahasiswa khususnya, ini mengaktualisasikan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-harinya? Wahai mahasiswa, bolehkah diriku yang bergelar Faqir Al Ilmi ini bertanya padamu yang katanya Agent Of Change dan Agent Of Control itu? Sudahkah kita mengaktualisasi Pancasila itu ke dalam kehidupan kita? Apakah kita hanya menjadikan Pancasila sebagai bahan diskusi dan bahan ajar dalam forum semata? Apakah kita hanya menjadilan pancasila sebagai poster-poster di dinding kampus, sekolah bahkan kantor semata? Apakah Pancasila hanya dijadikan sebagai Instrumental Politis untuk menarik simpati masyarakat menjelang pemilu saja? Malu rasanya jika sebagai mahasiswa hanya melalukan hal buruk itu.

       Selayaknya sebagai seorang mahasiswa khususnya Mahasiswa Aktivis kita juga berkewajiban untuk mengimplementasikan sila-sila pada pancasila dalam kehidupan kita. Sebagai seorang mahasiswa kita juga memberikan sebuah teladan sebagai mana yang telah di ijazahkan oleh bapak pendidikan Indonesia Ing Ngarsa Sung Tulodho. Karena sejatinya seorang mahasiswa adalah bibit pemimpin yang akan meneruskan tongkat estafet kekuasaan atau amanat rakyat Indonesia di masa yang akan datang. Seorang mahasiswa harus mampu menebar manfaat terhadap lingkungan disekitarnya, mahasiswa juga harus mampu menjadi garda terdepan dalam menyampaikan dan menggelorakan suara atau aspirasi rakyat Indonesia sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran dan sila dalam pancasila. Mahasiswa harus mampu mentransformasikan semua kepentingan rakyat dan negara kedalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mahasiswa juga harus mampu memberikan segudang solusi atas semua problematika kompleks masyarakat dan negara kita.

        Calon bibit unggul pancasilais terus tumbuh dan bermekaran di dalam taman yang dinamakan “kampus”. Untuk menjadi seorang yang mengamalkan pancasila dengan baik dan benar maka mahasiswa juga harus menempa dirinya di dalam kampus ataupun perguruan tinggi, namun tidak hanya cukup di bangku kuliah saja tapi kita juga wajib masuk kedalam sebuah wadah pemikiran yang dikenal dengan organisasi, baik itu organisasi internal kampus maupun organisasi eksternal kampus. Di internal kampus banyak ragam organisasi seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), Dema (Dewan Eksekutif Mahasiswa), Sema (Senat Mahasiswa) dan juga ada HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi). Sedangkan di Eksternal kampus tersedia juga beraneka macam organisasi kemahasiswaan eksternal seperti PMII, HMI, IMM, GMNI dan Organisasi lainnya. Pada dasarnya semua organisasi eksternal lainnya baik, namun sebagai mahasiswa pancasilais yang berhaluan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah An Nahdliyah untuk mencoba masuk ke dalam sebuah organisasi yang menjadi tulang punggung bagi mahasiswa nahdliyin dalam menempa diri agar menjadi mahasiswa yg bermanfaat bagi dirinya, lingkungan, agama dan juga negara ini yang disebut dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yg lebih dikenal dengan PMII. Disini kita tidak hanya di ajarkan untuk setia dengan pancasila namun juga dididik untuk mengamalkan ajaran pancasila dengan baik dan benar. Asah, asih dan asuh menjadi budaya untuk mendidik muda-mudi akademisi untuk menjadi mahasiswa dan pancasilais sejati.


Penulis : Abdi Alif ( Anggota PMII Rayon Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

Merawat Pesantren, Merawat NKRI


    Bulan depan. Tepatnya pada tanggal 22 Oktober, kita akan memperingati Hari Santri Nasional (HSN). HSN ini pertama kali ditetapkan oleh Jokowi pada 2015 lalu. Pemilihan tanggal 22 Oktober tersebut, tentu tak lepas dari sebuah sejarah perjuangan para kiai dan santri dalam melawan agresi Belanda pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dimana pada tahun yang sama, setelah Indonesia menyatakan merdeka, Belanda tetap berambisi untuk menguasai Nusantara, dengan melncarkan agresi meliter.
    Menyikapi agresi kedua Belanda itu. Ratusan kiai bermusyawarah. Kemudian pendiri Nahdlatul Ulama. KH Hasyim Asy’ari mengumumkan fatwa yang disebut “resolusi jihad’. Dalam fatwa tersebut ditegaskan, bahwa setiap Muslim wajib memerangi penjajah. Para pejuang yang gugur dalam melawan penjajah dianggap mati syahid. Sebaliknya, yang membela penajajah wajib dihukum mati.
    Dari uraian singkat di atas, kiai (baca: ulama) sebagai center power, pusat komando di kalangan pesnatren dan masyarakat, dengan tegas membela dan siap bertaruh nyawa demi merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut menunjukkan, bahwa peran pesantren, dalam hal ini kiai dan santri, sangat besar dalam mempertahankan dan merebut kemerdekaan NKRI. Maka jiwa cinta tanah air (di kalangan santri disebut hubbul wathon), adalah prinsip yang mengalir bersama denyut nadi kiai dan santri.
    Apakah setelah merebut kemerdekaan, pesantren hanya diam? Tidak. Sampai saat ini, fatwa Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari itu, tetap terpatri di dalam jiwa para santri dan kiai. Bahwa menjaga tanah air adalah kewajiban. Bahkan kalangan pesantren meyakini cinta tanah air adalah sebagian dari iman (hubbul wathon minal iman).
    Apa yang diakukan pesantren saat ini? Selain mengajarkan ilmu agama, pesantren tak pernah bosan membentengi para generasi muda (baca: santri) dari paham-paham radikalisme, kelompok kanan yang membabi-buta dan anti NKRI. Sebab kalangan pesantren sangat sadar, bahwa saat ini bukan lagi agresi senjata, tapi lebih tak kasat mata adalah serangan ideologi, yang sangat membahayakan keutuhan NKRI. Ini perjunagan pesantren saat ini.
    Pesantren dengan segala komplesitasnya dalam membantu pemerintah, tak pernah ada di Negara manapun. Mungkin juga tak akan pernah ada. Hanya satu, di Indonesia. Negara dengan muslim terbesar. Negara dengan Islam yang khas dan tegas. Negara yang mungkin disebut oleh Al-Quran. Baldahtun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur. Dimana tak hanya kalimat Allah yang diperjuangkan tapi juga territorial (negera) dimana agama Allah itu ditegakkan. 
    Saat ini, total ada 28.961 pesantren di Indonesia. Terbesar tersebar di tanah Jawa. Mungkin angka itu lebih sedikit jika harus menghitung pesantren ke pelosok-pelosok nusantara. Namun demikian, angka itu sangat luar biasa. Puluhan ribu pesantren dengan total puluhan juta santri itu, adalah aset bangsa ini. Mereka tak dibekali ilmu agama, cinta NKRI, etika dan segala bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti sains dan teknologi. 
    Maka aset itu harus dijaga dan dirawat bersama dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Sebab pesantren adalah perwajahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pesantren adalah “kerajaa-kerajaan” yang berada di Naungan NKRI dan siap membela keutuhannya. Maka merawat pesantren sama halnya dengan merawat NKRI.



Penulis : Kotijah ( Anggota PMII Rayon Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

                                 

Senin, 14 September 2020

Keistimewaan Menjadi Mahasiswa Aktivis


Era millennial saat ini, terlebih khususnya para generasi muda lebih banyak dicondongkan terhadap canggihnya teknologi yang semakin modern. Bahkan di era modernisasi dan serba kekinian saat ini cukup sulit mencari mahasiswa “kutu buku” atau “aktivis kampus”. Melihat realitas yang nyata para mahasiswa sudah terbawa arus perubahan revolusi industry saat ini dengan serba modis dari pada kalangan pemuda yang akademis sekaligus aktivis. Padahal akan banyak sekali pengalaman yang akan kita dapat jika akademis kita imbangi dengan kegiatan sosial extra kampus. Semakin meluasnya pengetahuan yang kita dapatkan karna menjadi seorang aktivis dituntut untuk menjadi orang yang multitalenta, tidak hanya bisa di satu bidang saja namun dalam bidang yang lain harus bisa mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan dalam kehidupan sosial.

 Kemudian, dalam proses menjadi aktivis memang tidak semudah membalikkan tangan. Akan banyak tantangan, hambatan, rintangan bahkan godaan didalamnya. Namun, sebagai seorang pemuda yang masih memiliki jiwa yang tangguh, semangat yang terus membakar dalam dirinya semuanya bukan menjadi sebuah halangan. Sebagaimana dikatakan oleh bang haji Rhoma Irama “akan ada jalan menuju roma”. Tiada tantangan yang tak bisa dilewati, tiada hambatan yang bisa menghadang selama mau berfikir kritis, aktiv dan logis dengan menggunakan segala cara pasti akan ada jalan keluar untuk memudahkannya. Palagi aktivis yang setiap ia akan bertindak melakukan sesuatu pastu keputusanya akan disertai kekritisan dalam paradigmanya sebelum menentukannya. Teruslah semangat berproses, jangan pernah mengenal lelah walau lelah itu memang ada tapi diera digital ini jika kita tidak bergerak cepat. Maka percayalah, kereta akan jauh meninggalkannya. Banyak protes bisa lebih menjauhkan kita dari kata “sukses”, sebab kesuksesan bukan untuk orang yang hanya pandai protes, banyak bicara bahkan hanya menebar keluh kesah dalam proses perjalanannya. Yakinlah sukses akan meninggalkanmu sejauh kata protes itu. “bye-bye success.” Harapan menjadi seorang mahasiswa aktivis yaitu dengan terus menikmati proses kehidupannya selama menjadi sang organisatoris dengan penuh kenikmatan, kedamaian , penuh semangat dan mempunyai pendirian yang teguh.

Beberapa hal yang akan kita dapat selama menjadi seorang mahasiswa aktivis, diantaranya:

1.      Memiliki banyak teman

Sebagai makhluk sosial siapa yang tidak mau memiliki banyak teman?. Tentu adalah hal yang sangat diharapkan bukan. Dalam wadah ini akan mempermudah untuk mendapatkan harapan tersebut. Karna dalam setiap kegiatan organisasi, dan kelembagaan mahasiswa pastinya akan dipertemukan dengan banyak orang. Dari kalangan yang berbeda, instansi yang berbeda bahkan domisili tiap personal pun akan berbeda tentunya. Maka, dengan adanya hal ini akan menjadi suatu kesempatan buat seorang sang aktivis untuk bagaimana mengetahui segala aspek dari setiap teman yang kita jumpai. Baik dari segi karakter, kehidupan dan lain sebagainya. Juga akan lebih banyak belajar banyak hal-hal yang positif dari sahabat-sahabat kita. Saling sharing, memperbanyak diskusi, saling mengutarakan pendapatnya. Secara tidak sadar hal itu sudah melatih mental kita agar lebih berani tampil dengan paradigm dan teori diri sendiri. Namun, sikap yang benar harus kita peruntukkan sebagai mahasiswa organisasi. Untuk bagaimana tetap menjaga silaturrahmi, mempererat tali solidaritas antar teman, dan saling menjaga satu sama lain. Mengapa? Banyak yang sudah kita lihat dari kalangan kita khususnya cenderung hanya sibuk memikirkan diri sendiri tanpa sibuk dengan kepentingan bersama. Padahal kita hidup dalam satu wadah, pergerakan, kelembagaan kenapa masih harus ada pertikaian didalamnya. Mungkin benar hidup memang tidak lepas dari adanya masalah yang terus menimpa atau bahkan tantangan yang begitu membara. Namun, apalah day kita sebagai sang organisatorn harus bisa menyikapi semua itu dengan kedewasaan dan kelapangan dalam dirinya. Sudah pasti buat mereka yang masih  banyak dihadapi dengan berbagai masalah atau problematika lainnya. Kemudian, tidak mau menanggapi bahkan hanya menganggap dirinya itu tidak bersalah. Ini yang perlu kita garis bawahi, maka mustahil jika sikap otoriter dalam dirinya akan selalu menggelutinya.

2.      Memperluas pergaulan

Revolusi industry 4.0 atau yang lebih kita kenal dengan era digital dengan semakin canggihnya teknologi saat ini. Akan lebih memudahkan kita untuk memperluas jaringan komunikasi antar sesama sebagai wujud implementasi hablum minannas (hubungan antar sesame manusia). Oleh karena itu, sang aktivis millennial harus betul-betul memanfaatkan fasiltas semakin serba instan saat ini. Dengan banyaknya media sosial justru semakin memudahkan kita untuk melakukan interaksi. Apalagi didalam suatu arganisasi akan banyak teman baru yang akan kita kenal. Tentunya akan semakin gaul karena dalam organisasi terdapat teman-teman mahasiswa seangkatan, senior, dari jurusan lain, orang lain, praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kamu pilih dan lain sebagainya. Dalam hal ini, juga bisa kita jadikan sebagai washilah (jaringan) untuk mempermudah dalam mencari pekerjaan. Dengan semakin banyak mengenal teman-teman, kita akan dapat memperoleh informasi lowongan pekerjaan. Baik dari sebuah kantor perusahaan maupun informasi lain yang mereka dapatkan. Maka dengan kau mengenal bahkan lebih akrab dengan mereka informasi tersebut akan tersalurkan padamu nantinya.

 

Rekomendasi kandidat karyawan yang sudah bekerja di perusahaan biasanya prosesnya lebih cepat, because telah memiliki gambaran dari karyawan tersebut tentang kita sebagai calon karyawan baru. Maka tanpa harus ribet menggunakan segala cara untuk kita goal menjadi bagian perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pergaulan sangatlah penting. Apalagi pergaulan yang dilakukan sang aktivis adalah pergaulan yang ilmiah, positif dan memiliki hikmah yang begitu luar biasa dampaknya terhadap dirinya.

3.      Perbandingan mahasiswa aktivis dan non-aktivis

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas. Ternyata mahasiswa aktivis dalam pengambilan keputusannya bagaimana dia menampilkan selayaknya mahasiswa aktivis yang mengambil  keputusan dengan gagasan yang jelas dan ilmiah untuk memperkuat keputusan yang ia ambil tanpa sembarangan memberikan keputusan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Pengalaman disini bukan diartikan sebagai pengalaman dalam menjadi seorang aktivis tetapi pengalaman yang akan memperkirakan apa yang menjadi latar belakang. Berbeda dengan mereka mahasiswa non-aktivis dalam pengambilan keputusannya lebih berdasarkan pada pengalaman yang ada pada dirinya. Karna kebanyakan dari mereka menganggap pengalaman itu lebih kuat dari pada teori atau pengetahuan yang ia miliki. Perbandingan yang terfikirkan adalah fakta dan bukan fakta, realitas bukan prioritas. Bahkan yang lebih parah menganggap dirinya tidak pandai bergaul, pemalu, dan menjadi seorang aktivis hanya menguras tenaga dan fikiran. Paradigm seperti ini yang harus kita hindari, pemikiran yang cukup pendek ini akan membuat kita semakin pesimis dan pasrah terhadap keadaan. Oleh karena itu, sebelum semuanya melekat menjadi sebuah karakter dalam diri kita, segera lakukan pencegahan untuk bagaimana kita dituntun berfikir panjang ke depan.

Kemudian, kembali kepada realita kehidupan. Memang tidak banyak mahasiswa non-aktivis minsed berfikirnya seperti halnya diatas. Hanya saja sebagian besar dari database yang saya dapat ialah seperti yang saya katakana diatas tadi. “Buat kalian yang membaca tulisan ini, berfikirlah untuk jangka panjang hidupmu sebagai bekal menuju, masa depan cerahmu. Sebelum tersuramkan hanya minsed yang kurang benar dalam paradigmamu.”

4.      Tampil percaya diri

Sebagai generasi millennial pastinya mau donk tampil percaya? Apalagi didepan seorang wanita yang di sukai. Mahasiswa aktivis tentunya spontan akan memiliki karakter ke PD-an dalam dirinya. Sebab, dalam organisasinya tidak akan pernah lepas bagaimana dia harus tampil disaat siap atau tidak siap. Keterpaksaan menjadikan sebuah kebiasaan lalu bergemelut menjadi sebuah karakter. Memang semua butuh diasah dengan waktu yang cukup. Semasa ia berproses di organisasi tersebut. Baut kamu yang belum menjadi aktivis, apa tidak tertarik jika melihat temanmu bisa tampil percaya di khalayak ramai? Di depan sejuta orag yang menyaksikan bahkan mental tertata rapi hingga potensinya dikeluarkan untuk menyentuh jiwa yang menyaksikannya. Hal in bisa anda jadikan sebagai motivasi untuk merubah diri anda dengan sepesat mungkin atau dengan cara pelan-pelan saja. Sebatas pendorong bukan berarti kau harus menjadi seperti mereka yang sudah hebat dilaur sana. Tampil di depan ribuan pemirsa. Bangkitlah dengan cara dirimu sendiri karna kebangkitan seorang yang hebat dan punya kemauan berubah hanyalah ada dalam diri pribadi seseorang, orang lain sebatas pendorong untuk terus memberimu semangat bahwa pemuda membawa perubahan sangatlah hal luar biasa. Anda bukan lagi seorang siswa, bukan lagi anak-anak. Tapi anda adalah seorang agent of chage, agent of analisa, agent of control, yang bukan hanya sebatas pulang pergi seperti layaknya siratal mustaqim selama kuliah. Namun, bagaimana amanah yang sudah teremban secara tidak sadar kau wujudkan dalam kenyataan. Mahasiswa aktivislah yang mampu menjawab semuanya karna dalam keseharian dia berorganisasi tidak lepas teori dan implementasi dari sebuah amanah yang sudah melekat dalam hati. Keren bukan? So, buat kamu yang selama ini kuliah hanya sebatas kuliah cukup masuk dikelas ada dosen absen, usai kuliah langsung pulang. Maka rubahlan minsed paradigm seperti itu. Bukalah ide-ide baru lewat logika yang sudah miliki sejak lalu. Fungsikan untuk menghadapi berbagai tantangan zaman. Jangan hanya terdiam menyerah terhadap keadaan sebab kau tidak mau menguras tenaga dan fikiran.

5.      Melatih kepemimpinan

Mengasah kepemimpinan memang tidak mudah untuk melekat dalam diri pribadi seseorang. Ada kepemimpinan yang memang sudah muncul sebab nasab/keturunan dari salah satu bagian dari keluarganya pernah menjadi seorang pemimpin hingga turun temurun sampai padanya. Ada juga seseorang yang harus dilatih kepemimpinannya dengan melewati sebuah proses tentunya.

Oleh karena itu, aktivis mahasiswa tidak akan pernah khawatir sebab kepemimpinan tersebut sudah menjadi schedule dalam program kerja di dalam organisasinya. Jika kepemimpinan sudah ada pada dirinya, justru akan menjadi suatu keberuntungan untuk dirinya bagaimana bisa mengasah kembali untuk lebih baik lagi kedepannya. Bagi seorang aktivis yang memang sebelumnya belum pernah belajar atau bahkan tidak dilatih dan juga belum pernah merasakan bagaimana kepemimpinan, memimpin, dipimpin dan lain sebagainya. Tentunya dia tidak akan merasakan boring dalam fikirannya. Sebab sudah ada wadah yang akan siap membantu dalam proses melatih diri bagaimana untuk memiliki jiwa kepemimpinan tersebut.

Salah satu mahasiswa IAIN Madura yaitu Ulinnikmah Arif menyampaikan dalam sebuah seminar nasional yang diadakan oleh komunitas sang juara. Bahwasanya membangun jiwa kepemimpinan profetik dasar sejak muda itu sangat perlu sudah harus tertanam terhadap generasi muda.

Juga berdasar kepada teori dari inu kencana syafiie, yang diambil dari sudut pandang atau secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai:

a.      Kata “pimpin” (lead) berarti bombing atau tuntun, yaitu pasti akan ada yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam). Namun, tidak hanya sebatas imam semua bisa memimpin asalkan dia memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.

b.      Kata “pemimpin” (leader) berarti seseorang yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti yang saya katakana diawal aktivis yang menjadi organisatoris dalam menjadi pemimpin didalamnya. Untuk bagaimana dia bisa mempengaruhi bawahannya agar bisa mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

c.      Kata “pimpinan” berarti orang yang mengepalai (orang yang memimpin).

d.      Kata “kepemimpinan” berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam memperngaruhi agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama. Tentunya semu harus bermula pada diri seorang pemimpin dan memiliki jiwa kepemimpinan agar semua perencanaan tercapai dengan baik.

Kepemimpinan ini memang sudah turun dari allah swt , dalam potongan surah Al-Baqarah ayat ke 4. Yang artinya “Aku hendak menjadikan (manusia) khalifah di bumi.” Bahwa dalam surah ini sudah jelas bahkan ini Al-Qur’an yang sulit untuk kita bantah. Manusia dimuka bumi sudah mempunyai kontrak besar-besaran dengan allah swt untuk menjadi seorang khalifah yaitu pemimpin. Pemimpin yang sosok pribadinya bergaransi memakmurkan bumi dan seisinya.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mau melatih kepemimpinannya dengan wadah gratis tidak dipungut biaya hanya dianggap menguras tenaga saja? Menjadi aktivis hanya sebatas membungkam fikiran yang membuat kejenuhan akhirnya sebab tak kuat terlalu banyak beban rumit yang dijalankan? Bagaimana kontrakmu dengan sang pencipta yang sudah mendoktrin bahwa semasa hidupmu dunia adala sebagai seorang khalifah (pemimpin)?

Maka segeralah berintograsi dan sering-seringlah klarifikasi bagaimana mewarnai hidup dengan penuh evaluasi diri. Melalui proses panjang bukan hanya santai, duduk dan diam. Masa depan menantimu dengan keadaan cerah bukan suram. Apalagi mahasiswa ikhwan, lalu malas saat diperintah menjadi aktivis bahkan tidak mau melatih kepemimpinannya. Bagaimana mau membangun rumah tangga nantinya. Jika sekarang melatih untuk memimpin dirinya saja sudah tidak mau. Apa kata dunia?. Jawabannya ada dalam lubuk hati anda yang paling dalam. Segera bertindak sebelum terjadi penyesalan, sebab proses panjang tidak semudah membalikkan telapak tangan.





6.      Spesialis yang tepat

Menggali potensi diri untuk terus dikembangkan sangatlah hal yang dominan yang harus kita lakukan. Mengasah intelektual untuk memperluas kekayaan wawasan perlu kiranya untuk kita berkompetisi melalui wadah yang mendorong suatu potensi yang kita miliki.

Aktivis tidaklah rumit dalam melakukan hal tersebut, karna dalam wadah organisasinya sudah terdapat beberapa bidang yang menyediakan dengan melihat kebutuhan anggotanya sesuai dengan potensi dalam dirinya. Kemauan besar harus kita tanamkan, kesadaran bahwa itu suatu kebutuhan untuk bekal hidup bersosial nantinya mudah dikembangkan hanya sembari menuangkan dengan wujud implementasi nyata terhadap masyarakat. Lalu, bagaimana dengan mereka yang memiliki potensi bagus, bakat yang luar biasa namun hanya terpendam sebab tidak memiliki wadah untuk melanjutkan kompetensia yang dimiliki?. Tentu ini sangat miris sekali, apalagi dalam sebuah kampus pasti tidak semua tersedia fasilitas yang kita butuhkan. Sebagian besar hanyalh beberapa. Namun jika kau yakin dan mau mengembangkan potensi yang ada pada diri anda. Organisasi mempunyai wadah dari segala bidang sesuai yang kau mau dan mau menekuni dalam pengembangan bakat anda tersebut. Sungguh luar biasa jika kita menjadi seorang aktivis yang profesinal dan multitalenta. Jangankan mencari pasangan, sebelum bertindak sudah ada yang melirik terlebih dahulu menghampiri tanpa dia mengungkapkan.

7.      Speaker yang baik

Berbicara di depan publik tentu sudah biasa bagi kaum tua di kalangan muda. Namun, begitu luar biasa dikala kalangan muda menjadi yang terdepan dengan potensi publik speaking yang di gelutnya.

Hal ini jaran sekali dimilik oleh seorang pemuda dan pemudia millenial saat ini. Mereka lebih banyak terbawa arus oleh kerasnya zaman. Padahal semuanya penuh dengan fatamorganan dunia. Akan tetapi potensi, skil dan berbagai hal dalam bidang publik bisa kita kembangkan. Ataupun ketika kita membutuhkan maka tidak perlu repot-repot harus mencari motivator untuk membayar semahal mungkin. Seorang aktivis memiliki dan bahkan sudah digeluti dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, selama berproses di sebuah organisasi wadah hal tersebut menjadi suatu hal yang diprioritaskan untuk meningkatkan mental dari kita pribadi dan tentunya mempuni kualitas diri yang masih minoritas akan potensi yang dimiliki.


Penulis : Muhammad Nur Haris (Anggota PMII Rayon Avicenna STAI AT-Taqwa Bondowoso)

Jumat, 11 September 2020

Islam itu Apa ? 


Sudah sejak lama kita mendengar Islam, mulai dari lahir kita sudah diajarkan Islam dengan suara Adzan di telinga kanan dan Iqomah di telinga kiri. Pada dasarnya, setiap manusia terlahir sebagai Islam--orang tuanya lah

yang mendidik dan menjadikan ia tetap sebagai Islam atau justru menjadi Yahudi atau Nashrani. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam sabdanya : ما من مولد إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه كما تنتج البهيمة بهيمة جمعاء هل تحسون فيها من جدعاء . )رواه البخاري والمسلم( Artinya : "Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fithrah, maka bapak ibunya lah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani, atau menjadikan dia Majusi." (HR. Bukhori dan Muslim). Setelah kita di didik dan tetap beragama Islam hingga sedewasa ini atau bahkan setua kini, apakah kita mengetahui Islam itu apa ? Tidak jarang kita temukan di setiap sudut daerah atau bahkan pelosok ketika ditanya, Islam itu apa ? Mereka menjawab asal-asalan seakan baru terfikirkan. Sudah sekian lamanya ia berstatus agama Islam—tertera pula dalam KTP, KK, SIM dan lain sebagainya, namun ditanya Islam itu apa ? Menjadi kebingungan, padahal itu adalah hal sepele yang sangat tidak diperhatikan apalagi dewasa kini, mulai jarang ditemukan orang-orang yang suka belajar agama Islam. Tidak jarang kita temukan orang-orang sibuk memikirkan status dirinya daripada dirinya. Berstatus Islam namun tidak tahu apa itu Islam. Bukankah ini menjadi sebuah keanehan ? Sekian lama beragama Islam, belajar Islam dari bangku SD/MI, SMP/MTs, SMK/SMA/MA, bahkan Perguruan Tinggi atau di bangku Madrasah Diniyah namun tidak tahu Islam itu apa. Bukankah ini menjadi sebuah keanehan ? Sama seperti manusia, ketika kita tarik dalam Filsafat, ada pertanyaan Siapakah Kamu ? Seakan tidak mampu menjawab dirinya sendiri bahkan duduk di depan cermin sekalipun tetap seakan bingung Siapakah Aku ? Bukankah itu menjadi sebuah keanehan ? Tidak tahu terhadap dirinya sendiri. Maulana Jalaluddin Rumi berkata dalam kitab populernya—Fihi Ma Fihi. من عرف نفسه فقد عرف ربه Artinya : “Barangsiapa mengenali dirinya sendiri, maka tentu akan mengenali Tuhannya.” Lalu, Islam itu apa ? Dalam kitab Mukhtarul Ahadits An-Nabawiyyah karangan As-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Al-Mashri hadits no. 1402 halaman 189 dijelaskan bahwa : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ طلعا علينا رجل شديد بياض الثياب، شديد سواد الشعر، لا يرى عليه أثر السفر، ولا يعرفه منا أحد، حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه، ووضع كفيه على فخديه، وقال يا محمد : أخبرني عن الإسلام ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمدا رسول الله، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطاع إليه سبيلا، قال : صدقت،… )رواه مسلم عن عمر( Artinya : "Ketika kami duduk dengan Rasulullah SAW, datanglah seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat bekas jalannya, dan tidak ada yang tahu satu pun dari kami dengan orang itu, kemudian ia duduk didekat Nabi Muhammad SAW mendekatkan lututnya dengan lutut Rasulullah SAW, dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Rasulullah, kemudian ia berkata, Ya Muhammad : Ajari aku apa itu Islam ? Rasulullah SAW menjawab Islam adalah Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang patut disembah secara benar) kecuali Allah SWT, dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya, mendirikan Sholat, membayar Zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan Haji bagi yang mampu. Dia berkata : Kau benar. ……" (HR. Muslim). Dari hadits di atas, sebagaimana kita ketahui semua itu, dari Syahadatain, Sholat, Zakat, Puasa, Haji bagi yang mampu, dikenal dengan istilah Rukun Islam. Dalam kitab Kasyifatus Saja karangan Syaikh Nawawi Banten halaman 5 dijelaskan bahwa : قال الباجوري : الإسلام لغة مطلقا الإنقياد اي سواء كان للأحكام الشرعية أو لغيرها وشرعا الإنقياد للأحكام الشرعية. Artinya : Imam Al-Bajuri berkata : "Islam, secara etimologi adalah mengikuti, baik mengikuti hukum syari'at atau hukum lainnya. Secara terminologi, Islam adalah mengikuti seluruh hukum syari'at." Pendapat Imam Al-Bajuri ini, dewasa ini lebih sering di kenal dengan sebutan Fiqih. Senada dengan penjelasan yang ada dalam kitab Kasyifatus Saja itu, seorang teman kuliah saya mengatakan : "Islam itu manajemen." Tuturnya. "Iya, Islam memang manajemen, Mas. Manajemen secara gamblangnya ialah seni mengatur dan orang yang mengatur itu namanya manajer. Sehingga seorang manajer itu memutuskan peraturan. Begitu lah Islam, penuh dengan aturan dan aturan itu dikenal dengan Fiqh sebagaimana Imam Al-Bajuri mengatakan bahwa 'Islam adalah mengikuti seluruh hukum syari'at.' Jika Islam tidak ada maka tentu tidak akan ada aturan yang sekarang kita kenal dengan Fiqh itu." Sahutku. Pemahaman saya tentang apa itu Islam sebagaimana dijelaskan di atas. Namun, kali ini saya tidak menggunakan hasil pemikiran diri sendiri untuk menarasikan tentang apa itu Islam. Beberapa hari yang lalu melalui pesan Whatsapp saya bertanya kepada beberapa teman juga kepada senior-senior, yang ternyata dari sekian jawaban hampir sama hanya beberapa yang berbeda. "Islam itu apa ?." Begitu pertanyaanku melalui pesan Whatsapp. "Islam merupakan sebuah nama agama maupun ajaran yang diwahyukan (Agama Samawi). Kata Islam berasal dari mufradat arab yaitu سَلِمَ-يَسْلَمُ (selamat) kemudian mendapat imbuhan hamzah (أ) menjadi أَسْلَمَ-يُسْلِمُ yang artinya adalah menyelamatkan atau menyerahkan diri kepada Allah. Pengertian tersebut sesuai dengan firman Allah SWT : بلى من اسلم وجهه لله وهو محسن فله اجره عند ربه ولا خوف عليهم ولاهم يحزنون. Artinya : "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah : 112). Terkadang masih banyak orang yang hidupnya tidak damai, tidak sejahtera meskipun dirinya sudah tergolong umat Islam, mengapa demikian ? Hal ini kembali kepada diri seseorang, sejauh mana tentang keilmuan Islam itu sendiri. Maka menjadi sangat penting untuk mempelajari dan mendalami berbagai khazanah keilmuan, khususnya Islam. Mulai dari ajaran-ajaran Islam yang paling dasar, baik dari aqidah, syari’ah maupun akhlaqul karimah. Seseorang bisa dikatakan “muslim yang baik”, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di kitab suci al-Qur’an, yaitu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan (sanak saudara, anak yatim, kaum miskin dan sebagainya) menegakkan profesionalisme dan bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan kesusahan. (Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita Agama Masyarakat Negara Demkorasi, Jakarta : 2006. )." Jawab seniorku, seorang alumni dan guru di Pondok Pesantren Nurul Qornain Jember melalui media sosial whatsapp. Jawaban seniorku itu juga saya temukan dengan maksut yang sama, yaitu dalam kitab Mabadi'ul Fiqhiyyah jus 1 halaman 4. ماالإسلام ؟ هو الدين الذي بعث الله به سيدنا محمدا صلى الله عليه وسلم لهداية الناس وسعادتهم. Artinya : "Apakah Islam itu ? Islam adalah suatu agama Allah SWT yang diturunkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW untuk memberikan petunjuk dan kebahagiaan kepada seluruh manusia." Salah satu teman diskusi ku pun ikut berkontribusi dalam tulisan kali ini. Ia menjawab : "Islam merupakan agama yang dimana berisi tiga hal, yakni kita mentauhidkan Allah, meng-Esakan Allah, dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, yang mengajarkan ilmunya Allah. Bagaimana manusia yakin bahwa yang menciptakan adalah Allah. Beribadah mengikuti Rosulullah, dan berperilaku layaknya seperti Rosulullah Saw. Baik kepada diri sendiri, manusia lainnya dan alam sekitarnya." Para pembaca, tentu juga mengetahui apa itu Islam berdasarkan Al-Qur'an, Hadits, Kitab Kuning bahkan buku yang telah dibaca. Saya hanya ingin mengajak para pembaca untuk tidak melupakan tentang Islam ini. Sebab Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan ia merupakan makhluk pertama kali yang Allah SWT ciptakan namun tidak langsung diciptakan jasadnya hanya berupa Nur Nabi Muhammad SAW. Jika bukan karena Nur Nabi Muhammad SAW tentu makhluk lainnya seperti alam semesta, gunung, bukit, sungai, hewan, manusia tidak tercipta. Mengapa Nabi Muhammad SAW diturunkan setelah Nabi-Nabi sebelumnya seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Isa dan lain sebagainya ? Sebab Nabi Muhammad SAW diturunkan untuk menyempurnakan ajaran-ajaran Nabi sebelumnya (Islam). إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق Artinya : "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq." Akhlak yang bagaimana ? Akhlak kepada Tuhan, Akhlak kepada Manusia, dan Akhlak kepada Alam. Atau sering disebut dengan حبل من الله، حبل من الناس، حبل من العلم. Dalam mempelajari Islam ini, pijakan kita di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama' dan Muhammadiyah. Boleh-boleh saja tidak mengikuti Nahdlatul Ulama' atau Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar di Indonesia, asalkan bisa menjaga ke-Islam-annya. Namun, apakah mungkin kita bisa menjaga ke-Islam-an kita dengan tidak mengikuti salah satu antara Nahdlatul Ulama' atau Muhammadiyah ? Setiap manusia harus memiliki prinsip lebih-lebih dalam belajar agama Islam. Untuk itu, ikuti lah salah satu antara Nahdlatul Ulama' atau Muhammadiyah agar kita tidak terpengaruh oleh pemikir Islam radikal maupun liberal. 


Penulis : Muhlas Ivandi (Anggota PMII Rayon Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)



Pentingnya Tri Fungsi NDP dalam berorganisasi PMII RBA STAI At-taqwa gelar kegiatan SARANG Avicenna ke-09.

  NDP yang berfungsi sebagai Kerangka Refleksi, Aksi dan Ideologis, merupakan Sublimasi nilai keislaman dan keindonesiaan. Sebagaimana ideol...