Era millennial saat ini, terlebih khususnya para generasi muda lebih banyak dicondongkan terhadap canggihnya teknologi yang semakin modern. Bahkan di era modernisasi dan serba kekinian saat ini cukup sulit mencari mahasiswa “kutu buku” atau “aktivis kampus”. Melihat realitas yang nyata para mahasiswa sudah terbawa arus perubahan revolusi industry saat ini dengan serba modis dari pada kalangan pemuda yang akademis sekaligus aktivis. Padahal akan banyak sekali pengalaman yang akan kita dapat jika akademis kita imbangi dengan kegiatan sosial extra kampus. Semakin meluasnya pengetahuan yang kita dapatkan karna menjadi seorang aktivis dituntut untuk menjadi orang yang multitalenta, tidak hanya bisa di satu bidang saja namun dalam bidang yang lain harus bisa mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan dalam kehidupan sosial.
Kemudian, dalam proses menjadi aktivis memang tidak semudah membalikkan tangan. Akan banyak tantangan, hambatan, rintangan bahkan godaan didalamnya. Namun, sebagai seorang pemuda yang masih memiliki jiwa yang tangguh, semangat yang terus membakar dalam dirinya semuanya bukan menjadi sebuah halangan. Sebagaimana dikatakan oleh bang haji Rhoma Irama “akan ada jalan menuju roma”. Tiada tantangan yang tak bisa dilewati, tiada hambatan yang bisa menghadang selama mau berfikir kritis, aktiv dan logis dengan menggunakan segala cara pasti akan ada jalan keluar untuk memudahkannya. Palagi aktivis yang setiap ia akan bertindak melakukan sesuatu pastu keputusanya akan disertai kekritisan dalam paradigmanya sebelum menentukannya. Teruslah semangat berproses, jangan pernah mengenal lelah walau lelah itu memang ada tapi diera digital ini jika kita tidak bergerak cepat. Maka percayalah, kereta akan jauh meninggalkannya. Banyak protes bisa lebih menjauhkan kita dari kata “sukses”, sebab kesuksesan bukan untuk orang yang hanya pandai protes, banyak bicara bahkan hanya menebar keluh kesah dalam proses perjalanannya. Yakinlah sukses akan meninggalkanmu sejauh kata protes itu. “bye-bye success.” Harapan menjadi seorang mahasiswa aktivis yaitu dengan terus menikmati proses kehidupannya selama menjadi sang organisatoris dengan penuh kenikmatan, kedamaian , penuh semangat dan mempunyai pendirian yang teguh.
Beberapa hal yang akan kita dapat selama menjadi seorang mahasiswa aktivis, diantaranya:
1. Memiliki banyak teman
Sebagai makhluk sosial siapa yang tidak mau memiliki banyak teman?. Tentu adalah hal yang sangat diharapkan bukan. Dalam wadah ini akan mempermudah untuk mendapatkan harapan tersebut. Karna dalam setiap kegiatan organisasi, dan kelembagaan mahasiswa pastinya akan dipertemukan dengan banyak orang. Dari kalangan yang berbeda, instansi yang berbeda bahkan domisili tiap personal pun akan berbeda tentunya. Maka, dengan adanya hal ini akan menjadi suatu kesempatan buat seorang sang aktivis untuk bagaimana mengetahui segala aspek dari setiap teman yang kita jumpai. Baik dari segi karakter, kehidupan dan lain sebagainya. Juga akan lebih banyak belajar banyak hal-hal yang positif dari sahabat-sahabat kita. Saling sharing, memperbanyak diskusi, saling mengutarakan pendapatnya. Secara tidak sadar hal itu sudah melatih mental kita agar lebih berani tampil dengan paradigm dan teori diri sendiri. Namun, sikap yang benar harus kita peruntukkan sebagai mahasiswa organisasi. Untuk bagaimana tetap menjaga silaturrahmi, mempererat tali solidaritas antar teman, dan saling menjaga satu sama lain. Mengapa? Banyak yang sudah kita lihat dari kalangan kita khususnya cenderung hanya sibuk memikirkan diri sendiri tanpa sibuk dengan kepentingan bersama. Padahal kita hidup dalam satu wadah, pergerakan, kelembagaan kenapa masih harus ada pertikaian didalamnya. Mungkin benar hidup memang tidak lepas dari adanya masalah yang terus menimpa atau bahkan tantangan yang begitu membara. Namun, apalah day kita sebagai sang organisatorn harus bisa menyikapi semua itu dengan kedewasaan dan kelapangan dalam dirinya. Sudah pasti buat mereka yang masih banyak dihadapi dengan berbagai masalah atau problematika lainnya. Kemudian, tidak mau menanggapi bahkan hanya menganggap dirinya itu tidak bersalah. Ini yang perlu kita garis bawahi, maka mustahil jika sikap otoriter dalam dirinya akan selalu menggelutinya.
2. Memperluas pergaulan
Revolusi industry 4.0 atau yang lebih kita kenal dengan era digital dengan semakin canggihnya teknologi saat ini. Akan lebih memudahkan kita untuk memperluas jaringan komunikasi antar sesama sebagai wujud implementasi hablum minannas (hubungan antar sesame manusia). Oleh karena itu, sang aktivis millennial harus betul-betul memanfaatkan fasiltas semakin serba instan saat ini. Dengan banyaknya media sosial justru semakin memudahkan kita untuk melakukan interaksi. Apalagi didalam suatu arganisasi akan banyak teman baru yang akan kita kenal. Tentunya akan semakin gaul karena dalam organisasi terdapat teman-teman mahasiswa seangkatan, senior, dari jurusan lain, orang lain, praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kamu pilih dan lain sebagainya. Dalam hal ini, juga bisa kita jadikan sebagai washilah (jaringan) untuk mempermudah dalam mencari pekerjaan. Dengan semakin banyak mengenal teman-teman, kita akan dapat memperoleh informasi lowongan pekerjaan. Baik dari sebuah kantor perusahaan maupun informasi lain yang mereka dapatkan. Maka dengan kau mengenal bahkan lebih akrab dengan mereka informasi tersebut akan tersalurkan padamu nantinya.
Rekomendasi kandidat karyawan yang sudah bekerja di perusahaan biasanya prosesnya lebih cepat, because telah memiliki gambaran dari karyawan tersebut tentang kita sebagai calon karyawan baru. Maka tanpa harus ribet menggunakan segala cara untuk kita goal menjadi bagian perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pergaulan sangatlah penting. Apalagi pergaulan yang dilakukan sang aktivis adalah pergaulan yang ilmiah, positif dan memiliki hikmah yang begitu luar biasa dampaknya terhadap dirinya.
3. Perbandingan mahasiswa aktivis dan non-aktivis
Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas. Ternyata mahasiswa aktivis dalam pengambilan keputusannya bagaimana dia menampilkan selayaknya mahasiswa aktivis yang mengambil keputusan dengan gagasan yang jelas dan ilmiah untuk memperkuat keputusan yang ia ambil tanpa sembarangan memberikan keputusan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Pengalaman disini bukan diartikan sebagai pengalaman dalam menjadi seorang aktivis tetapi pengalaman yang akan memperkirakan apa yang menjadi latar belakang. Berbeda dengan mereka mahasiswa non-aktivis dalam pengambilan keputusannya lebih berdasarkan pada pengalaman yang ada pada dirinya. Karna kebanyakan dari mereka menganggap pengalaman itu lebih kuat dari pada teori atau pengetahuan yang ia miliki. Perbandingan yang terfikirkan adalah fakta dan bukan fakta, realitas bukan prioritas. Bahkan yang lebih parah menganggap dirinya tidak pandai bergaul, pemalu, dan menjadi seorang aktivis hanya menguras tenaga dan fikiran. Paradigm seperti ini yang harus kita hindari, pemikiran yang cukup pendek ini akan membuat kita semakin pesimis dan pasrah terhadap keadaan. Oleh karena itu, sebelum semuanya melekat menjadi sebuah karakter dalam diri kita, segera lakukan pencegahan untuk bagaimana kita dituntun berfikir panjang ke depan.
Kemudian, kembali kepada realita kehidupan. Memang tidak banyak mahasiswa non-aktivis minsed berfikirnya seperti halnya diatas. Hanya saja sebagian besar dari database yang saya dapat ialah seperti yang saya katakana diatas tadi. “Buat kalian yang membaca tulisan ini, berfikirlah untuk jangka panjang hidupmu sebagai bekal menuju, masa depan cerahmu. Sebelum tersuramkan hanya minsed yang kurang benar dalam paradigmamu.”
4. Tampil percaya diri
Sebagai generasi millennial pastinya mau donk tampil percaya? Apalagi didepan seorang wanita yang di sukai. Mahasiswa aktivis tentunya spontan akan memiliki karakter ke PD-an dalam dirinya. Sebab, dalam organisasinya tidak akan pernah lepas bagaimana dia harus tampil disaat siap atau tidak siap. Keterpaksaan menjadikan sebuah kebiasaan lalu bergemelut menjadi sebuah karakter. Memang semua butuh diasah dengan waktu yang cukup. Semasa ia berproses di organisasi tersebut. Baut kamu yang belum menjadi aktivis, apa tidak tertarik jika melihat temanmu bisa tampil percaya di khalayak ramai? Di depan sejuta orag yang menyaksikan bahkan mental tertata rapi hingga potensinya dikeluarkan untuk menyentuh jiwa yang menyaksikannya. Hal in bisa anda jadikan sebagai motivasi untuk merubah diri anda dengan sepesat mungkin atau dengan cara pelan-pelan saja. Sebatas pendorong bukan berarti kau harus menjadi seperti mereka yang sudah hebat dilaur sana. Tampil di depan ribuan pemirsa. Bangkitlah dengan cara dirimu sendiri karna kebangkitan seorang yang hebat dan punya kemauan berubah hanyalah ada dalam diri pribadi seseorang, orang lain sebatas pendorong untuk terus memberimu semangat bahwa pemuda membawa perubahan sangatlah hal luar biasa. Anda bukan lagi seorang siswa, bukan lagi anak-anak. Tapi anda adalah seorang agent of chage, agent of analisa, agent of control, yang bukan hanya sebatas pulang pergi seperti layaknya siratal mustaqim selama kuliah. Namun, bagaimana amanah yang sudah teremban secara tidak sadar kau wujudkan dalam kenyataan. Mahasiswa aktivislah yang mampu menjawab semuanya karna dalam keseharian dia berorganisasi tidak lepas teori dan implementasi dari sebuah amanah yang sudah melekat dalam hati. Keren bukan? So, buat kamu yang selama ini kuliah hanya sebatas kuliah cukup masuk dikelas ada dosen absen, usai kuliah langsung pulang. Maka rubahlan minsed paradigm seperti itu. Bukalah ide-ide baru lewat logika yang sudah miliki sejak lalu. Fungsikan untuk menghadapi berbagai tantangan zaman. Jangan hanya terdiam menyerah terhadap keadaan sebab kau tidak mau menguras tenaga dan fikiran.
5. Melatih kepemimpinan
Mengasah kepemimpinan memang tidak mudah untuk melekat dalam diri pribadi seseorang. Ada kepemimpinan yang memang sudah muncul sebab nasab/keturunan dari salah satu bagian dari keluarganya pernah menjadi seorang pemimpin hingga turun temurun sampai padanya. Ada juga seseorang yang harus dilatih kepemimpinannya dengan melewati sebuah proses tentunya.
Oleh karena itu, aktivis mahasiswa tidak akan pernah khawatir sebab kepemimpinan tersebut sudah menjadi schedule dalam program kerja di dalam organisasinya. Jika kepemimpinan sudah ada pada dirinya, justru akan menjadi suatu keberuntungan untuk dirinya bagaimana bisa mengasah kembali untuk lebih baik lagi kedepannya. Bagi seorang aktivis yang memang sebelumnya belum pernah belajar atau bahkan tidak dilatih dan juga belum pernah merasakan bagaimana kepemimpinan, memimpin, dipimpin dan lain sebagainya. Tentunya dia tidak akan merasakan boring dalam fikirannya. Sebab sudah ada wadah yang akan siap membantu dalam proses melatih diri bagaimana untuk memiliki jiwa kepemimpinan tersebut.
Salah satu mahasiswa IAIN Madura yaitu Ulinnikmah Arif menyampaikan dalam sebuah seminar nasional yang diadakan oleh komunitas sang juara. Bahwasanya membangun jiwa kepemimpinan profetik dasar sejak muda itu sangat perlu sudah harus tertanam terhadap generasi muda.
Juga berdasar kepada teori dari inu kencana syafiie, yang diambil dari sudut pandang atau secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai:
a. Kata “pimpin” (lead) berarti bombing atau tuntun, yaitu pasti akan ada yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam). Namun, tidak hanya sebatas imam semua bisa memimpin asalkan dia memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.
b. Kata “pemimpin” (leader) berarti seseorang yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti yang saya katakana diawal aktivis yang menjadi organisatoris dalam menjadi pemimpin didalamnya. Untuk bagaimana dia bisa mempengaruhi bawahannya agar bisa mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
c. Kata “pimpinan” berarti orang yang mengepalai (orang yang memimpin).
d. Kata “kepemimpinan” berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam memperngaruhi agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama. Tentunya semu harus bermula pada diri seorang pemimpin dan memiliki jiwa kepemimpinan agar semua perencanaan tercapai dengan baik.
Kepemimpinan ini memang sudah turun dari allah swt , dalam potongan surah Al-Baqarah ayat ke 4. Yang artinya “Aku hendak menjadikan (manusia) khalifah di bumi.” Bahwa dalam surah ini sudah jelas bahkan ini Al-Qur’an yang sulit untuk kita bantah. Manusia dimuka bumi sudah mempunyai kontrak besar-besaran dengan allah swt untuk menjadi seorang khalifah yaitu pemimpin. Pemimpin yang sosok pribadinya bergaransi memakmurkan bumi dan seisinya.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mau melatih kepemimpinannya dengan wadah gratis tidak dipungut biaya hanya dianggap menguras tenaga saja? Menjadi aktivis hanya sebatas membungkam fikiran yang membuat kejenuhan akhirnya sebab tak kuat terlalu banyak beban rumit yang dijalankan? Bagaimana kontrakmu dengan sang pencipta yang sudah mendoktrin bahwa semasa hidupmu dunia adala sebagai seorang khalifah (pemimpin)?
Maka segeralah berintograsi dan sering-seringlah klarifikasi bagaimana mewarnai hidup dengan penuh evaluasi diri. Melalui proses panjang bukan hanya santai, duduk dan diam. Masa depan menantimu dengan keadaan cerah bukan suram. Apalagi mahasiswa ikhwan, lalu malas saat diperintah menjadi aktivis bahkan tidak mau melatih kepemimpinannya. Bagaimana mau membangun rumah tangga nantinya. Jika sekarang melatih untuk memimpin dirinya saja sudah tidak mau. Apa kata dunia?. Jawabannya ada dalam lubuk hati anda yang paling dalam. Segera bertindak sebelum terjadi penyesalan, sebab proses panjang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
6. Spesialis yang tepat
Menggali potensi diri untuk terus dikembangkan sangatlah hal yang dominan yang harus kita lakukan. Mengasah intelektual untuk memperluas kekayaan wawasan perlu kiranya untuk kita berkompetisi melalui wadah yang mendorong suatu potensi yang kita miliki.
Aktivis tidaklah rumit dalam melakukan hal tersebut, karna dalam wadah organisasinya sudah terdapat beberapa bidang yang menyediakan dengan melihat kebutuhan anggotanya sesuai dengan potensi dalam dirinya. Kemauan besar harus kita tanamkan, kesadaran bahwa itu suatu kebutuhan untuk bekal hidup bersosial nantinya mudah dikembangkan hanya sembari menuangkan dengan wujud implementasi nyata terhadap masyarakat. Lalu, bagaimana dengan mereka yang memiliki potensi bagus, bakat yang luar biasa namun hanya terpendam sebab tidak memiliki wadah untuk melanjutkan kompetensia yang dimiliki?. Tentu ini sangat miris sekali, apalagi dalam sebuah kampus pasti tidak semua tersedia fasilitas yang kita butuhkan. Sebagian besar hanyalh beberapa. Namun jika kau yakin dan mau mengembangkan potensi yang ada pada diri anda. Organisasi mempunyai wadah dari segala bidang sesuai yang kau mau dan mau menekuni dalam pengembangan bakat anda tersebut. Sungguh luar biasa jika kita menjadi seorang aktivis yang profesinal dan multitalenta. Jangankan mencari pasangan, sebelum bertindak sudah ada yang melirik terlebih dahulu menghampiri tanpa dia mengungkapkan.
7. Speaker yang baik
Berbicara di depan publik tentu sudah biasa bagi kaum tua di kalangan muda. Namun, begitu luar biasa dikala kalangan muda menjadi yang terdepan dengan potensi publik speaking yang di gelutnya.
Hal ini jaran sekali dimilik oleh seorang pemuda dan pemudia millenial saat ini. Mereka lebih banyak terbawa arus oleh kerasnya zaman. Padahal semuanya penuh dengan fatamorganan dunia. Akan tetapi potensi, skil dan berbagai hal dalam bidang publik bisa kita kembangkan. Ataupun ketika kita membutuhkan maka tidak perlu repot-repot harus mencari motivator untuk membayar semahal mungkin. Seorang aktivis memiliki dan bahkan sudah digeluti dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, selama berproses di sebuah organisasi wadah hal tersebut menjadi suatu hal yang diprioritaskan untuk meningkatkan mental dari kita pribadi dan tentunya mempuni kualitas diri yang masih minoritas akan potensi yang dimiliki.
Penulis : Muhammad Nur Haris (Anggota PMII Rayon Avicenna STAI AT-Taqwa Bondowoso)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar