Senin, 05 Oktober 2020

Darah Pergerakan

Kami adalah mahasiswa pergerakan yang memiliki tugas untuk bergerak bukan sekedar atau sebatas perkumpulan semata. Maka dari itulah di masa pandemi ini kami mencoba kembali bernostalgia dengan istilah yang memang sering kita kenal dengan anjangsana yang beralokasikan di kediaman sahabat Alfin, desa penanggungan, maesan, bondowoso. 
Rasa bahagia dan senyum bertepuk terhadap jiwa akan kembalinya masa-masa yang selalu di rindukan dan selalu di harap dalam angkatan kami yaitu angkatan Airlangga. Acara kali ini di kemas dengan sederhana mungkin yaitu bincang-bincang santai ditemani sebagian pengurus rayon avicenna sahabat lufi, fajar dan ipan yang posisinya saat ini di bidang 1 (kaderisasi). 
“assalamualaikum.” Ku ucapkan setelah sampai pada halam depan rumah sahabat alfin dengan senyum yang bahagia dan wajah-wajah cerita tanpa ku sangka.
“waalaikumsalam, Alhamdulillah sampai juga kau coyy.” Ujarnya pada saya yang masih memarkir sepeda tepat di depan rumah sahabat alfin tersebut.
Perbincangan non-formal kini hidup dan bahkan keramaian pun terjadi, bisingan sepeda bukan menjadi patokan di acara kali ini. Namun, suara-suara sahabat dan sahabati yang kian mendenging tinggi dengan akuratnya. 
Namun, ada satu hal yang saat ini aku lihat dalam diri sahabat saya ini yaitu ‘darah pergerakan’ yang masih melekat dalam dirinya walau sempat stagnan karna terindikasi oleh kesibukan dan pandemi dalam waktu yang cukup panjang. Sungguh luar biasa, hingga membuat diriku sadar bahwa tak semua orang yang menghilang itu berfikir bahwa dirinya melupakan apa yang memang sudah menjadi dirinya ketika pembai’atan. Salam pergerakan sahabat dan salam juang untuk meraih masa depan.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”  Sahabat khosim wahyudi membuka dan sekaligus yang memimpin acara kali ini. 
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Serentak kami yang hadir dalam acara kali ini menjawabnya.
Bacaan Basmalah menjadi pembuka dan ujung harap demi lancarnya acara sampai akhir, dilanjutkan dengan sambutan ketua angkatan sahabat Ainul dan sambutan dari tuan rumah sahabat alfin. Hingga sampai pada titik acara inti yaitu bincang-bincang santai yang diserahkan kepada ketua bidang 1 pengurus avicenna yaitu sahabat lutfi.
Perbincangan kali di mulai dari proses kaderisasi dalam dunia pergerakan, apa yang pernah disampaikan oleh sahabat arif billah ‘kaderisasi adalah nyawa organisasi’ yang terutama dalam dunia pergerakan. Maka inilah yang saya maksud darah pergerakan yang kami berikan terhadap pergerakan kami yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia serta progress di masa yang akan datang. Tentu tidaklah mudah dan berjalan semulus jalan aspal yang baru diperbaiki. Pasti akan ada terjal, tantangan yang akan di hadapkan dalam perjalanan yang kita tempuh di proses kaderisasi ini. Namun, bagaimana kita mampu bertahan dan mempertahankan.
Tentu banyak hal yang kita perbincangkan dalam forum non-formal kali ini mulai dari kaderisasi, lalu keluh kesah kami selama berproses dan terlebih bekal kita sebelum menuju pada jenjang kepengurusan selanjutnya. 
Hati saya tertegun seakan kaget namun tidak seyogyanya, sebab saya sadar. Proses saya dan sahabat yang lain terindikasi oleh adanya pandemi dan berbagai hal. Namun, mau tidak mau siap tidak siap masa telah memanggil untuk sampai pada amanah dan tugas yang harus kita emban bersama. 
“apa iya sudah mau menjadi pengurus.” Ujarku dalam hati kecil berkata seakan membaut nalar pikirku kembali hidup.
Tapi apalah daya karna semua sudah tiba dan tidak baik jika harus mundur, karna mundur satu langkah suatu bentuk pengkhianatan kepada pergerakan. Teruslah maju dan belajar karna dengan semua akan terjalankan seiring berjalannya waktu. 
Tentu apa yang disampaikan oleh sahabat Lutfi sangatlah menyentuh kepada titik kesadaran kami semua yang berada pada ruang tertutup beratapkan genteng rumhah dan beralaskan teras yang cukup luas. Hingga saya ingat bahwa dalam teori pendidikan ada 3 titik kesadaran yaitu kesadaran religis, kesadaran naif dan kesadaran kritis. Banyak hal yang disampaikan hingga sampai pada keluh kesah dan nostalgia yang harus terungkap.
Bahkan dari sekian hal keluh kesah yang tersampaikan semua tidak terlepas dengan adanya miss komunikasi yang tidak terealisasikan dengan baik oleh sahabat dan sahabati. Tentu miris, bukan? Seharusnya saat ini adalah proses penyesuaian dari segala hal yang sudah pernah kita serap. Oleh karena itu saya mencoba memberikan pernyataan terkait problematika yang terjadi dalam dunia kita saat ini.
“Setelah sekian lama tak kunjung ketemu kini nostalgia kembali bersemi, mengisi kembali ruang-ruang kosong yang harus terisi. Karna menjalani kehidupan harus kita nikmati agar tidak hanya sekedar berjalan namun kita merasakan manisnya sebuah kehidupan. Setelah sekian lama kita bersemi di tempat terteduh yang tak bisa kita tinggalkan, kini new normal mulai bisa kita manfaatkan. Dari sekian banyak hal tersampaikan tentu ada satu hal yang belum terealisasikan yaitu relasi. Karna, jika kita ingin menjalin komunikasi yang baik maka kita harus selesaikan relasi kita terlebih dahulu. Sebab, komunikasi itu berjalan dengan baik jika kita sudah tuntas dalam relasi kita. Terutama dan yang harus diutamakan adalah dalam intern kita, sebab tentu masih banyak di antara kita yang belum mentuntaskan hal ini. Padahal ini penting menjalin sebuah persahaban yang harmonis dan selalu terikat dengan solidaritas dalam dunia pergerakan. Mengapa demikian? Saya teringat apa yang dikatakan oleh fiersa besari ‘sahabat itu mendukung, bukan menikung. Ada problem, dirangkul, bukan malah di pukul. Saling memaafkan salah bukan memanfaatkan celah.’ Oleh karena itu, bagaimana kita mau menerapkan hal tersebut sedangkan relasi kita belum tuntas begitu. Jika semua sudah sudah terkondisikan dengan sebaik mungkin, maka saya yakin segala kesenjangan yang terjadi. segala problem yang menerpa dan berbagai hal yang akan menghadang. Yakin dan percayalah semua akan teratasi dengan sebaik mungkin. Senjang, problem atau apapun ini mudah untuk kita lewati. Maka persahabatan akan terus bersemi tanpa terindikasi oleh hal-hal yang akan memisahkan keharmonisan kita dalam organisasi. Juga apa yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Tour dalam bukunya yang berjudul ‘Bumi Manusia’ yaitu “Manusia yang wajar mesti punya sahabat. Persahabatan tanpa pamrih. Karna tanpa sahabat dunia ini akan terasa sunyi.” Ini akan kita rasakan dan mungkin seakan seperti satuan yang tidak bisa di pisahkan. Karna hanya dan akan yang menjadi jawaban. Loyalitas, integritas, kualitas, kuantitas dan menjadi sang organisatoris sejati akan senantiasa kita gelut jika semua terealisasikan sebagaimana mestinya. Maka dari tidak hanya sekedar cinta yang butuh relasi tapi menjadi sang organisatoris sejati harus mampu survive dalam celah-celah yang harus di selesaikan dan di manfaatkan sebaik mungkin demi progress ke depan menjadi lebih baik.” Kataku dalam kesempatan terakhir.
Rindu kini kian terbayar dengan sebuah pertemuan yang penuh cita rasa dan ungkapan hati yang mendalam. Semoga harapan ke depan bisa tersampaikan dengan segala tindakan yang dilakukan walau tantangan kian menghadang dalam setiap lini perjalanan yang kita tempuh. 
“Yang terakhir, jangan lupa etika seperti yang saya sampaikan di awal di laksanakan. Mulai garis koordinasi dan intruksi harus berjalan sesuai dengan tupoksinya masing-masing. jangan sampai ada salah penempatan agar kita menjadi mahasiswa pergerakan yang di katakan usai.” Pungkas sahabat lutfi. 
Sekian saya Muhammad Nur Haris, Salam Literasi teruslah berkarya agar menjadi pemuda yang sejati   


Penulis : Muhammad Nur Haris (Pengurus Rayon PMII Avicenna STAI At-Taqwa Bondowoso)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentingnya Tri Fungsi NDP dalam berorganisasi PMII RBA STAI At-taqwa gelar kegiatan SARANG Avicenna ke-09.

  NDP yang berfungsi sebagai Kerangka Refleksi, Aksi dan Ideologis, merupakan Sublimasi nilai keislaman dan keindonesiaan. Sebagaimana ideol...