Harta, tahta, kepuasan. Begitulah kira-kira tujuan setiap manusia. Tujuan hidupnya hanyalah sebatas kepuasan belaka. Namun, ketika kepuasan itu sudah dicicipi oleh manusia, apakah lantas manusia akan merasa sudah puas? Tentunya tidak.
Manusia masih mempunyai harapan dan tujuan selanjutnya. Dan, itulah yang membuat manusia tidak pernah merasa suda puas atas segala yang telah diraihnya.
Ibarat seorang pasangan, secantik apa pun dan setampan apa pun pasangannya, pasti lama-kelamaan akan merasa bosan. Kecantikan dan ketampanan itu hanya sesaat dan sifatnya fana. Sering bertemu saja pasti akan merasa bosan ujung-ujungnya. Jadi, jangan berharap pada sesuatu yang sifatnya fana atau sementara itu.
Manusia memang tiada habisnya mengejar sesuatu. Misal, mendapatkan cinta seseorang. Setelah manusia benar-benar mendapatkan cintanya, tentu ingin mendapatkan yang lebih dari orang yang pertama. Terus-menerus begitu. Iya, begitulah manusia. Manusia tidak pernah merasa puas akan sesuatu yang dicapainya.
Bisa dikatakan, manusia serakah, manusia tamak, dan sebutan lainnya.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
"Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan, Allah Maha Pengampun bagi hambanya yang mau bertaubat." (HR al-Bukhari).
Ini fakta, bukan hanya fiktif belaka. Bahwa manusia tidak akan pernah puas atas apa yang dimilikinya. Misal, kita mempunyai barang yang menurut kita bagus. Namun, ketika melihat barang yang sama tapi kepunyaannya orang lain, kita akan beranggapan bahwa barang orang lain itu lebih bagus daripada barang kita. Tapi, apakah orang lain itu berpikir bahwa barangnya sudah terbaik daripada barang kita? Tentu tidak.
Begitulah kira-kira manusia itu. Manusia serakah, manusia tamak, tidak pernah puas, tidak pernah bersyukur atas apa yang telah dimilikinya. Seharusnya, manusia itu tidak boleh serakah, apalagi mengemban amanah.
Janganlah menjadi manusia yang serakah. Dan, pintar-pintarlah menjaga amarah karena ia dapat merusak berkah.
Penulis: Khosim Wahyudi
Editor : Muhlas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar