Selasa, 15 Desember 2020

IRI BILANG BOS!

Terkadang aku iri melihat sahabat-sahabatku yang suka menulis, foto mereka terpampang nyata di e-koran Avicenna, tulisannya disebar sampai memenuhi story-story WA mereka masing-masing. Seolah-olah mereka menjadi tokoh trending topik di berbagai media sosial lainnya. Ada yang menulis opini,  cerpen, essai, artikel sehingga membuatku juga tertarik membacanya sehingga juga membuatku mempunyai keinginan untuk menulis. 

Aku berpikir, aku berusaha bermonolog dengan diriku sendiri "Aku ini mau nulis apa ya? Apakah aku juga bisa menulis? Wong aku bicara didepan umum saja klitak-klituk. 

Tetapi aku mempunyai keyakinan bahwa setiap orang mempunyai pemikiran sehingga timbullah opini-opini yang timbul dari dirinya. Yang mana opiniku masih tentang organisasi yakni PMII yang telah menjadi wadah atau perantaraku berproses sehingga membawaku kepada perubahan-perubahan yang lebih positif.

Berbicara tentang organisasi merupakan organ-organ atau orang-orang yang berkumpul menjadi satu dengan banyaknya perbedaan antar satu sama lain dengan mempunyai tujuan yang sama, menyamakan perbedaan tujuan bersama-sama, bergerak bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita yang sudah menjadi cita-cita setiap pemikiran dan pergerakan.

Sebuah organisasi terlebih khusus PMII yang kita kenal merupakan organisasi yang mewadahi mahasiswa nahdliyyin untuk mengembangkan intelektual dan moral yang nantinya dan harapannya kader- kader PMII ketika sudah terjun di masyarakat menjadi seseorang yang sudah siap melakukan perubahan (Agen Of Change) yang lebih baik di dalam masyarakat. 

Kualitas suatu kader bukan diukur seberapa pintarnya berbicara di dalam diskusi, berdialektika dalam menyampaikan sebuah pendapat, menggunakan almamater ataupun atribut yang serba biru kuning mulai dari jas, sarung, songkok (peci), jilbab (kerudung) bahkan lengkap sampai pin dan gantungan kunci yang semuanya tertera nama PMII. Karena hal demikian merupakan eksistensi belaka yang hanya enak di pandang, tetapi belum adanya esensi yang bermanfaat bagi dirinya, di lingkungan sekitarnya yang bisa kita rasakan.

Kaderisasi merupakan nafas sebuah organisasi, ketika kaderisasi tidak berjalan, diam, stagnan, maka organisasi tersebut bisa dikatakan mati. Karena, pada hakikatnya organisasi itu adalah benda mati. Organisasi itu hidup ketika orang-orang yang ada di dalamnya terus berpikir dan bergerak dalam mematangkan pribadinya, memperluas relasi dan pengalamannya, memperkaya esensi diri sehingga impact-nya (pengaruh-dampak) kepada kehidupan organisasi lebih mempunyai kualitas yang beresensi, pun ke-eksistensiannya tidak perlu ditanyakan lagi. Karena kekuasaan esensi lebih tinggi nilainya dibandingkan eksistensi.

Yang terpenting dari kaderisasi tersebut adalah bagaimana anggota maupun kader itu sungguh-sungguh dalam mengabdi di PMII, karena PMII telah menyediakan segalanya tentang kebutuhan seorang mahasiswa.  Sejatinya PMII tidak menjamin kesuksesan karena PMII hanya menyediakan tempat atau wadah proses mahasiswa. Artinya, kesuksesan warga pergerakan tidak ditentukan oleh PMII itu sendiri tetapi bagaimana kesungguhan anggota dan kader itu untuk mengabdi di PMII.

Di dalam kata pengabdian itu tentu banyak hal-hal yang harus di lakukan atau juga dijadikan sebagai pegangan maupun prinsip berorganisasi. Komitmen, Loyalitas, Totalitas dan Integritas merupakan sebagian prinsip agar kita mampu bertahan berproses di PMII.

Jangan sampai tujuan kita itu salah berproses di PMII, jangan sampai kita itu digunakan oleh seseorang yang mempunyai pengaruh atau ada kepentingan dibalik janji-janji entah dari siapapun atau alumni PMII sekalipun. Tugas kita sebagai pengurus adalah jangan sampai kita mengkader hanya menjanjikan sesuatu yang menarik bagi calon anggota yang membuat anggota nantinya malah menagih janji yang belum tersampaikan itu. 

Kita harus merubah doktrinasi-doktrinasi yang sering terlontarkan di PMII tentang kenyamanan, keistimewaan, dan hal-hal yang nantinya akan kita dapat. Hal itu yang membuat para calon anggota, anggota maupun kader akan mempunyai rasa menerima bukan memberi. Akan banyak kader yang manja, ketika kenyamanan menjadi keprioritasan berproses. Sementara kehidupan nyata yang senyata-nyatanya lebih keras daripada atmosfir organisasi. Dan yang terpenting ketika kita berorganisasi adalah pemberian kita baik pikiran, tenaga, materi bahkan nyawapun harus kita korbankan.

Bukan berlebihan, karena Maulana Jalaluddin Rumi seorang sufi terpopuler dari dulu sampai saat ini ketika berbicara tentang cinta, ketika dia sudah mencintai sesuatu maka dia menghilangkan rasa ke-akuannya demi seseorang yang dicintainya. Dirinya lebih mencintai yang dicintai dibandingkan dirinya sendiri. Tentunya ketika memang kita bersungguh-sungguh memberi pengabdian kepada PMII, secara tidak langsung kita sudah mendapatkan penghargaan dari siapapun dan secara tidak sadar kita menjadi lebih terhormat tanpa meminta penghormatan dari siapapun.

Hal yang harus kita rekontruksi di dalam organisasi mahasiswa islam terbesar se-Indonesia ini adalah pengabdian kita, karena saat ini kita sudah banyak lupa bagaimana kita mengabdi kepada PMII, terkadang kita lebih tertarik kepada organisasi yang baru kita kenal, yang dilihat dan dirasa lebih menarik daripada PMII sehingga kita melupakan PMII yang sejak awal memproses kita dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang takut menjadi lebih berani, dan dari yang apa kita menjadi ada apa dengan kita.

Jangan sampai tujuan kita berorganisasi hanya ingin menjadi ini dan itu, di jabatan sana dan sini. Karena ketika orientasi berorganisasi kita hanya berkutat pada kedudukan, kehormatan dan jabatan, maka takutnya kita gagal menjadi kader yang mandiri karena ketergantungan hanya akan cenderung kepada politisasi yang sifatnya praktis. Sehingga mahasiswa yang disebut sebagai orang yang paling ideal akan hilang begitu saja karena sebab dan musababnya hanya mementingkan kepentingan kepentingan pribadi.

Suasana pandemi bukan menjadi alasan bagi warga pergerakan untuk melakukan yang namanya pengabdian. Kita harus tetap bergerak, bergerak dan bergerak karena PMII itu sifatnya harus dinamis. Betul maqolah-maqolah yang sering kita dengar di atmosfir diskusi kita di dalam organisasi bahwa "Gerakan adalah barokah". Kita harus bisa mencari peluang di setiap masalah yang melanda, jadikan masalah sebagai solusi sehingga kita mampu mendapatkan inovasi-inovasi berbeda daripada sebelumnya demi menjaga marwah, harkat dan martabat PMII. Melaksanakan kaderisasi semaksimal mungkin untuk mencetak kader muslim nasionalis yang tangguh, cerdas, berani mengambil langkah di situasi apapun maupun kondisi apapun. Artinya, kita harus lebih adaptif dalam menanggapi problem-problem yang terus menaungi negeri ini.

Burung garuda tak akan terbang tanpa sayap begitupun PMII tak akan bisa terbang tanpa adanya pengabdian. Kesuksesan kinerja, bakti seseorang tidak bisa di ukur dengan apa yang dia dapat tetapi seberapa besar pengabdian yang dia berikan. Teruslah ber-PMII, teruslah mengabdi, teruslah memperbanyak relasi, teruslah mengembangkan sayap dan mematangkan pribadi. Jadilah kader yang berdedikasi bukan hanya kader yang berindikasi.

Salam Pergerakan......

Penulis : Sahabat Kamil Afandi (Bidang 2 Advokasi dan Gerakan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentingnya Tri Fungsi NDP dalam berorganisasi PMII RBA STAI At-taqwa gelar kegiatan SARANG Avicenna ke-09.

  NDP yang berfungsi sebagai Kerangka Refleksi, Aksi dan Ideologis, merupakan Sublimasi nilai keislaman dan keindonesiaan. Sebagaimana ideol...